Amnesia

“jadi, mau kita apakan macan kecil ini?”

“pak, tadi anda bilang kemungkinan dari hutan. tapi bukankah hutan cukup jauh dari sini?”

“itu dia, saya juga tidak tahu. tapi, orang yang waktu itu bilang menjadi korban penculikan pun hilang. sebenarnya ada apa ini?!”

macil — macan kecil, panggilan dari abangnya soonyoung hanya diam termangu di sana. memilih untuk tidak berbicara, karena kalau ia berbicara justru membuat suasana menjadi tambah runyam bukan?

kedua tangannya ia lipat, lalu menaruh dagunya di sana. sesekali orang berlalu-lalang di depannya, terkadang pula menepuk pucuk kepalanya. sungguh, jangankan mereka. soonyoung pun tidak tahu apa yang sedang terjadi saat ini, sama sekali.

ia tidak mengingat siapa dirinya, dari mana asalnya, dan juga mengapa ia bisa menjadi seperti ini. clueless. tidak menemukan jawaban atau pun petunjuk untuk itu.

hal yang ia ingat sampai saat ini adalah saat ia tergeletak dengan luka di dahi serta lengan dan kakinya—di tengah hutan pula. cukup aneh sebenarnya.

lantas kalau seperti ini, ia harus bertanya kepada siapa? apa yang harus ia lakukan? apakah soonyoung cukup berdiam diri saja sampai orang-orang itu membawanya pergi? tetapi soonyoung yakin, pada bahwasanya ini bukanlah tempatnya. tidak seharusnya ia berada di sini.

soonyoung merasa, kalau ada seseorang yang ia tinggalkan. kalau sebenarnya, di luar sana ada yang menunggunya untuk kembali dengan utuh—tanpa lecet. atau apakah ini hanyalah perasaannya?

berkali-kali soonyoung berpikir, apa ada di luar sana yang sangat mencemaskan keadaannya saat ini? entah siapa dan entah dimana, soonyoung pun tidak tahu. tetapi satu hal yang ia tahu pasti, bahwa seharusnya sejak awal ia tidak berada di sini.

maka dengan itu, selama orang menyibukkan diri dengan kegiatannya masing-masing. perhatian sudah tidak lagi tertuju padanya, ia berlari dengan kecepatan yang ia bisa.

sekali, dua kali, kakinya terpantuk oleh meja serta kursi. bahkan sekarang ia menjadi pusat perhatian, orang-orang berlari berusaha mengejarnya. berusaha mendapatkan 'si macan kecil' yang menjadi pusat perhatian masyarakat setempat.

terus berlari, sesekali melihat para masyarakat yang teriak ketakutan akan kehadirannya. padahal kalau pun ia bisa menggigit, paling hanya menyisakan bekas gigitan dengan jejak gigi serta air liurnya.

sayang, perhatiannya terlalu fokus. matanya terpaku melihat sosok polisi yang menolongnya saat ia sampai di sini. orang yang memberinya tempat singgah, serta makan untuk bertahan hidup. orang yang selalu mengetuk pintu kamar sebelum masuk, lalu mengajaknya bercengkrama sesaat.

hingga tidak sadar, bahwa di depan sana sinar lampu mobil mulai mendominasi wajah mungilnya. lengkingan suara-suara membisingkan pendengaran macan kecil itu, lalu sekejap badannya terasa sangat ringan. pandangannya menghadap ke angkasa, bintang terlihat begitu indah. sinarnya membuat soonyoung terpesona.

perlahan, kepalanya terasa sangat sakit. seperti baru saja tertabrak oleh mobil yang membuatnya terpental—walau memang begitu adanya. tubuhnya terasa sangat remuk, pandangannya memburam, hingga yang tersisa oleh pandangannya hanyalah sesosok lelaki dengan seragam polisi dan lencana di dada kanan kiri.


“you are soonyoung aren't you?” pertanyaan yang cukup mengejutkan untuk seseorang yang baru saja siuman. sedikit membuatnya terpaku sementara.

pandangannya ia alihkan ke lelaki yang sedang duduk santai di sofa pojok ruangan, tangannya memegang sebuah koran. sedang sibuk membaca berita yang tertera di dalamnya.

“i'm sorry, sir. but i don't understand what are you saying.” entah berpura-pura bodoh atau memang pada dasarnya ia bodoh, macan kecil itu menjawab dengan suaranya yang lantang.

benar, soonyoung saat ini masihlah berwujud bayi macan. tentu saja karena memang belum waktunya untuk ia berubah wujud. matanya melirik ke arah jam dinding, masih menunjukkan pukul setengah satu malam.

kira-kira masih membutuhkan setengah jam untuk ia berubah. namun, ia sudah melakukan kebodohan terlebih dahulu. tipikal soonyoung sekali. lagi, ia justru menambahkan kebodohan dengan berdeham.

di luar sana, hewan apa yang berdeham layaknya seorang manusia? kejadian yang cukup luar biasa jika dilihat orang awam bukan. tetapi beda dengan pak polisi itu, ia hanya mengangguk kecil seraya terkekeh.

kali ini pakaian milik polisi itu terlihat sangat kasual, tidak ada seragam dengan lencana yang membalutnya. hanya dengan kaus oblong tipis berwarna hitam, serta celana bahan yang terlihat mahal. bahkan sandal miliknya seperti menunjukkan harga yang menjulang, terlihat sangat mahal.

“i've found you, soonyoung.”

alisnya bertaut, matanya mendelik curiga ke arah orang itu—walau sebenarnya adalah polisi yang sempat membantunya kemarin, orang yang menjadi alasannya tertabrak oleh mobil.

sebenarnya, selain ia menolongnya sedari kemarin, soonyoung juga sedikit tertarik dengan penampilan lelaki ini. di antara yang lainnya, selalu menjadi yang paling mencolok—dengan maksud yang bagus, dan seperti koko china yang kaya raya.

tangannya menjulur ke arah soonyoung. “saya xu minghao, temannya abangmu—joan.” tidak seperti bayangannya, soonyoung tidak terlihat antusias saat ini.

bahkan wajah macan kecil itu terlihat sangat bingung dan sama sekali tidak mengenal dua nama yang baru saja ia sebutkan. layaknya amnesia. atau memang benar adanya?