Permintaan Maaf.
“dik, gue mau keluar bentar lo bisa jagain dulu ga?”
dika yang sedang sibuk bermain game online pun menengadahkan wajahnya, keningnya mengkerut. “lu mau kemana?” tanyanya.
soonyoung diam, enggan menjawab. “yaudah pergi aja, lagian gue ga bisa nahan lu lama-lama buat seseorang yang udah bukan punya lu lagi kan?” ujar dika melanjutkan permainan gawainya.
walaupun ragu, soonyoung mengangguk dan berdehem. lalu mengambil jaket miliknya untuk ditaruh di samping jihoon, mengelus surai hitam lelaki yang tertidur pulas itu.
dika menyaksikannya tentu saja. ia tidak habis pikir dengan pasangan ini, sangat tidak habis pikir. kalau memang mereka bisa bersama dan masih saling menyayangi, kenapa memutuskan untuk saling menyakiti?
“um, kira-kira kalau nanti gue balik lagi…kehadiran gue diterima ga ya?” tanya soonyoung lirih
“sekarang gue tanya. lu tau ga kesalahan lu itu apa? alasan apa yang buat jio segitu marahnya sama lu, tau ga?”
soonyoung mengangguk. “gue bohong. ga jujur tentang masalah hao.” jawabnya
dika mengangkat sebelah alisnya, merasa tidak puas dengan jawaban yang ia terima. “terus? cuman itu kesalahan lu?” heran.
“banyak. tapi intinya itu, ya kan?” tanyanya memastikan.
dika menghela nafas beratnya. “jio itu marah karena pertama, lu ga jujur. kedua, itu udah sebulan lebih dan lu sering ketemu dia tapi jio gatau. ketiga, masalah peluk. walaupun gue yakin yang terakhir bukan masalah utama sih”
karena tidak mendapati balasan dari soonyoung, dika bangkit dari duduknya lalu menepuk pundak sahabatnya itu. “jangan sampe nyesel, kaya gue.” tandasnya.
“yaudah sana pergi, biar gue yang jagain.” usirnya sembari mengayunkan tangan.
sebelum benar-benar pergi, soonyoung berbalik. “dik, tapi gue beneran sayang sama jio. gaada di pikiran gue sama sekali buat main-main doang sama dia,-”
soonyoung menunduk, meremat tangannya yang terdapat cincin pasangan mereka.
“-, enam tahun, dik. gue ga segila itu buat main-main sama anak orang selama enam tahun. gue bener-bener sayang sama jio, sampe gue mikir bakal gila kalo gaada dia,-”
“-, jujur, alay kalo gue bilang dia segalanya buat gue. tapi gapapa, gue rela dibilang alay karena emang pada nyatanya — jio itu segalanya buat gue,-”
soonyoung berjalan menuju jio, mengecup pipi dan juga kening mantan kekasihnya itu. “-, sekarang gue gabisa jagain dia. dia bakal marah kalo nemuin gue ada di sini, haha.” ujarnya sembari tertawa miris.
kulit putih susu dan juga wajah seperti ikan pari ini adalah yang akan ia rindukan nantinya. hal-hal sederhana yang jihoon punya dan jihoon berikan padanya hanya akan menjadi kenangan menyakitkan bagi soonyoung.
soonyoung mengambil jaket yang ia taruh di sebelah jihoon, menyelimutinya dengan itu “kamu inget? ini jaket yang kamu kasih ke aku pas aku ulang tahun. aku minta motif macan, tapi kamu kasih hitam polos haha.”
dika masih memperhatikan, berusaha untuk tidak hanyut dalam suasana menyedihkan di kamar itu.
“-, pas aku bilang ga suka, kamu langsung sedih dan mau buang jaket ini..” soonyoung mengusap pelan jaketnya, menerawang ke masa lalu.
“-, kalo dipikir-pikir, i don't deserve you, ji. aku ga bersyukur punya pacar kaya kamu, bener-bener ga bersyukur.”
seberapa besar ia berusaha, air mata yang soonyoung tahan akhirnya keluar juga. “k-kamu ng-ngelakuin s-semua bu-buat ak-ku, ta-tapi a-aku g-ga pernah b-bersyukur ak-kan hal i-tu...” pecah sudah, hal yang ia pertahankan sedari tadi .
“a-aku harap n-nanti ka-kamu b-bisa da-dapetin yang l-lebih baik d-dari aku..” berantakan adalah kata yang tepat untuk menggambarkan soonyoung saat ini.
lelaki bermata sipit itu sedari tadi hanya bisa menggenggam jari manis milik jihoon — yang terdapat cincin mereka di sana — sembari sesekali mengusap air matanya.
menyedihkan, menurut dika. bahkan ia sangat kesal sebenarnya. mereka berdua — soonyoung dan jihoon — diberi kesempatan dan tidak akan ada perbedaan yang memisahkan mereka seperti hubungan dika.
tetapi mengapa mereka tidak menggunakan hal tersebut dengan baik? andai saja jisoo tidak akan segera menikah dan perbedaan itu tidak menghalangi mereka, mungkin dika sudah menghampiri lelaki itu saat ini. memintanya untuk kembali bersama.
setelah dipikir kembali, yang menyedihkan adalah dirinya. paling menyedihkan di antara mereka bertiga saat ini.
sudah akan ditinggal menikah, melerai hubungan sahabatnya, dan juga posisinya yang masih saja sendiri sampai saat ini. sungguh menyedihkan.
maka dari itu, kita sudahi membahas dika dan kembali dengan pasangan di depan matanya. walaupun masih sama, yang satu menangis seraya menggenggam tangan jio dan satunya lagi yang masih tertidur pulas. entah benar tidur atau ia hanya pura-pura tertidur.
soonyoung mengangkat tangannya dan membawa menuju bongkahan pipi jihoon. “pantes ya ... kamu raguin aku, ji.”
“-, aku bener-bener ga pantes jadi pacar kamu, jadi ... aku terima keputusan kamu buat kita udahan aja.” tandas soonyoung yang membuat dika terkejut
jujur, dika sangat-sangat-sangat ingin memukul wajah soonyoung dengan wajan. “heh apaan sih lo?! gua nyuruh lo ke sini buat minta maaf dan balikan sama dia, bukan nge-iya in minta putus. bego dasar!” omel dika
soonyoung menunduk, memainkan cincin di jari manis jihoon. “dia ga bahagia sama gue, dik. terus gue harus apa kalo dia emang pengennya putus dari gue..” ujarnya lirih
lagi dan lagi, dika menghela nafas beratnya. ia frustasi. “aslinya gua gaboleh ngebocorin ini tapi,-” ujarnya menggantung
“-, pertama, dia minta putus itu cuman ngegertak lo. tapi dia sama sekali ga nyangka, kalo lo bakal diem aja dan ga ngehubungin dia lagi habis itu. kedua, dia ikut demo & mc bukan cuman buat sertifikat atau apapun itu namanya,-”
“terus apa kalo bukan sertifikat..?” tanya soonyoung
kesal. dika sangat sangat kesal. “-, ITU KARENA DIA MAU NGE-DISTRACT PIKIRANNYA DARI LO ALENOVA SOONYOUNG HARSA ANJINGGG KAGA PEKA BANGET GUA CAP—”
soonyoung terkejut bukan main yang langsung membuatnya berdiri untuk menutup mulut dika, takut-takut jihoon bangun dan mengusirnya. “emang monyet lo ya.” bisiknya kepada dika
frustasi. sangat frustasi. dika mengusap-usap dadanya. “astaghfirullah..” soonyoung menoleh, mendorong kepala dika berkali-kali seraya mengucap, 'tolol.'
“hehe kebiasa denger jisoo ngomong gitu dulu soalnya, maaf deh ya.” ujar dika
soonyoung mengernyit. “lo tuh putus enam tahun lalu. gila aja masih kebawa sampe sekarang?”
“ya namanya gamon mau berapa tahun udah kejadian juga berasanya baru kemarin.” ujar dika masam.
soonyoung bangkit, kembali ke posisinya dan menggenggam tangan jihoon lagi. “tangannya bisa copot bego lu pegangin terus.” ujar dika
“kata gua mending lu balik.”
“lah? lu aja sono pergi katanya tadi mau pergi, kaga jadi-jadi et dah.”
tidak peduli, soonyoung kembali menghadap jihoon. mengusap surainya, memperhatikan bulu mata jihoon yang terlihat sangat lentik. ia sangat menyukai ketika bisa melihat wajah damai milik jihoon, sangatlah indah.
“dik, kayanya gue gaakan hidup tenang kalo jihoon ga maafin gue..”
“-, hampir seluruh hidup gue, itu dijalanin sama jihoon. selalu ada jihoon. gue gamau mikirin apa jadinya kalo gaada dia di sana nanti, gamau.”
“-, it will be the worst thing that ever happened in my life dan gue gaakan maafin diri sendiri.”
soonyoung tidak menyadari, pada bahwasanya sedari tadi jihoon mendengarkan. dengan wajah sepenuhnya menghadap tembok, mampu menyembunyikan ekspresinya ketika mendengar itu semua dari mulut soonyoung.
meskipun sebenarnya, ia sudah tertangkap basah oleh dika tadi. namun, sepertinya lelaki itu menjaga baik rahasianya. terbukti dari ia yang sama sekali memberi tahu soonyoung, walau berupa kode sinyal.
“sayang, maafin soonyoung udah buat kamu kepikiran sampe sakit gini, ya? habis ini, kamu gaakan nangis-nangis sembunyi lagi karena aku. kamu gaakan kesusahan lagi untuk bikin lagu karena aku recokin,-”
“-, habis ini, kamu akan jadi lebih bahagia karena beban kamu sedikit terangkat — dengan gaadanya aku di hidup kamu.” soonyoung tersenyum samar, hampir tidak terlihat.
“-, aku sayang kamu dan akan selalu seperti itu. tapi jihoon, kalau kita lanjutin semua ini hubungan kita akan tambah ga sehat lagi. aku selalu buat kamu nangis diem-diem, tanpa aku tau sama sekali,-”
“-, jihoon, aku minta maaf karena nyerah akan kamu. aku minta maaf karena setuju akan keputusan kamu, aku minta maaf. tapi kamu harus tau, aku ngelakuin ini untuk kamu.” soonyoung mengecup tangan jihoon, mengusapnya dengan penuh kasih sayang.
“-, kamu harus inget, walaupun aku jauh — walaupun aku udah gaada di samping kamu. hati aku, perasaan aku akan tetap buat kamu.” lagi, soonyoung mengusap surai hitam jihoon yang sudah memanjang.
terakhir, ia tinggalkan sebuah kecupan di kening jihoon. “i love you and i always do.”
dengan begitu, soonyoung pergi meninggalkan jihoon. pamit kepada dika, lalu menutup pelan pintu kostan jihoon. berdiri membelakangi pintunya, lalu jatuh terduduk lemas. menangis keras di sana.
sedangkan di dalam sana, jihoon — membuka matanya yang langsung sesegera mungkin ia tutupi. air matanya mengalir deras, namun ia usahakan untuk tidak mengeluarkan suara.
dika terdiam, berjalan mendekati jihoon lalu merengkuhnya ke dalam pelukan. memberi tepukan-tepukan dan usapan yang sekiranya bisa menenangkan jihoon. tidak bisa dipungkiri, ini adalah masa terburuk bagi mereka — soonyoung dan jihoon.
“gamau keluar aja? samperin ale?” tanya dika sembari membenarkan poni jihoon yang terlihat berantakan.
jihoon mengangguk, lalu menggelengkan kepalanya bersamaan. lagi, dika frustasi. “maunya gimana, ji?” tanyanya
“g-gausah.. s-soonyoung ju-juga l-lagi na-nangis di d-depan..” ujarnya lirih yang membuat dika hanya tersenyum miris.
sungguh, rasanya ia ingin menarik soonyoung ke dalam lagi dan mengunci mereka berdua di dalam. masalah mereka ini, tidak akan bisa selesai jika tidak adanya komunikasi yang tepat. tidak akan.
lantas dika harus apa, jika dia hanyalah orang luar di dalam hubungan sahabatnya ini? ia tidak berhak ikut campur lebih dalam dan ia mengetahui hal itu. perlu mereka berdua yang melakukannya, hanya berdua.
“lo yakin ga akan nyesel?”
“lo yakin, rela liat orang yang lo kejar bertahun-tahun jatuh ke tangan orang lain? lo yakin bakal ngelepas dia kaya gini aja? kalo lo ga ngejar dia sekarang, gaada yang tau kapan lo bisa lakuin itu lagi.” tandas dika
namun, jihoon adalah jihoon. si kecil dengan ego yang sangat besar, keras kepalanya yang melebihi apa pun. itu adalah jihoon. “gapapa..”
kali ini dika melepaskan frustasinya dengan menggigit pipi jihoon, yang meninggalkan bekas gigitan dan juga ruam merah di sana. “gak elo, gak ale, sama aja gaada yang bisa dibela. gue kesel, jadi lo jangan marah pipinya gue gigit.”
mau tidak mau, jihoon hanya bisa mempoutkan bibirnya seraya menahan tangis. bagaimanapun juga, gigi milik dika bukanlah gigi bayi. tentu saja rasanya sangatlah sakit bukan main.
“sakit..” lirihnya seraya mengusap pipinya yang digigit.
dari dalam, terlihat bayangan soonyoung yang sedikit mengintip ke kamarnya dan membuat jihoon sesegera mungkin menjatuhkan tubuhnya ke kasur. lalu perlahan, suara langkah kaki yang menjauhi pintu kostan. menandakan bahwa laki-laki itu sudah sepenuhnya pergi, meninggalkan jihoon.
satu-dua tetes air mata kembali menjatuhi pipi jihoon. “kan, kelamaan sih lo. orangnya udah pergi tuh.” ujar dika yang justru membuat tangisan jihoon menjadi lebih kencang.
“DIKAA, GUE HARUS APAA HUHU HUEE SOONYOUNGG”
dika yang masih menemani jihoon sampai menuju malam itu, menerima segala macam ocehan dan teriakan yang jihoon lontarkan padanya. ia sebal, sebenarnya. tapi tak apa, itu jihoon — lain cerita kalau soonyoung.